Share

Mitos Tidur Saat Sandikala: Antara Kepercayaan dan Sains

Last updated: 30 Sept 2025
7 Views
Di banyak daerah di Indonesia, terutama di Bali dan Jawa, ada kepercayaan turun-temurun bahwa tidur saat sandikalamasa peralihan sore ke malam sekitar pukul enam hingga tujuhbisa membawa kesialan atau bahkan mengundang gangguan gaib. Bagi sebagian orang, larangan ini adalah nasihat orang tua yang harus ditaati, sementara bagi yang lain mungkin terdengar sekadar takhayul. Namun, di balik mitos ini ternyata tersimpan makna budaya, spiritual, bahkan logika yang cukup menarik untuk ditelusuri.
 
Kata sandikala berasal dari bahasa Sanskerta, sandi yang berarti pertemuan dan kala yang berarti waktu. Sandikala adalah momen pertemuan antara terang dan gelap, masa transisi yang oleh banyak budaya dianggap sakral. Dalam kepercayaan masyarakat Bali, Jawa, dan beberapa daerah lainnya, waktu ini dipercaya sebagai saat alam gaib lebih aktif. Cerita-cerita rakyat menyebutkan bahwa makhluk halus berkeliaran pada jam ini, menguji manusia, dan bahwa energi sekitar lebih tipis sehingga manusia lebih rentan terhadap gangguan non-fisik.
 
Mitos yang berkembang pun beragam. Ada yang percaya tidur saat sandikala bisa membuat rezeki tertutup atau membawa sial. Ada juga yang meyakini bahwa anak-anak yang tidur di waktu ini lebih mudah diganggu roh halus. Bahkan, ada anggapan bahwa rasa lemas atau pusing setelah tidur sore di jam tersebut adalah akibat dari energi negatif yang masuk.
 
Meski mitos ini tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, ada penjelasan logis yang mendukung mengapa tidur di jam sandikala sering membuat tubuh terasa tidak nyaman. Pada jam transisi sore ke malam, tubuh sedang menyesuaikan ritme sirkadian, termasuk produksi hormon melatonin yang mengatur rasa kantuk. Tidur sebentar di jam ini sering hanya membawa kita ke fase tidur ringan, sehingga ketika terbangun tubuh merasa pusing, lemas, dan tidak segar. Dari sisi sosial, di masa lalu sandikala adalah momen untuk beribadah, membersihkan rumah, atau berkumpul bersama keluarga. Tidur di jam tersebut dianggap sebagai tanda malas dan tidak menghargai waktu.
 
Di era modern, larangan ini memang tidak lagi dipatuhi secara ketat. Namun, pesan moralnya tetap relevan. Sandikala bisa dijadikan waktu yang tenang untuk menenangkan diri, berdoa, atau sekadar berbincang dengan keluarga. Secara kesehatan, menghindari tidur terlalu lama di jam ini juga membantu menjaga kualitas tidur malam. Dengan begitu, kita tetap bisa menghormati nilai budaya sambil mengatur pola hidup yang sehat.
 
Mitos tidur saat sandikala pada akhirnya adalah perpaduan antara kearifan lokal, kepercayaan spiritual, dan kebiasaan sosial. Meski tidak ada bukti ilmiah yang mengaitkan tidur di jam ini dengan kesialan, mitos ini mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap waktu, menjaga ritme kehidupan, dan selaras dengan alam. Alih-alih melihatnya semata sebagai takhayul, kita bisa menganggapnya sebagai pesan bijak dari leluhur agar kita memanfaatkan setiap waktu dengan penuh kesadaran.
 
Tapi untuk tidur yang nyaman yang sudah terbukti secara ilmiah, Merdeka Furniture menawarkan produk kasur terbaik dengan kualitas terbaik dan terjamin*

Related Content
Pola Tidur Ronaldo, Dari Lapangan ke Kasur
Cristiano Ronaldo, yang menginjak usia 40 dan masih bermain di puncak performa, telah menjaga kualitas tidur.
25 Sept 2025
Dari Teknologi Ruang Angkasa ke Kasur Tidur Kita 'Memory Foam'
Memory foam, atau busa memori, adalah inovasi yang awalnya dikembangkan untuk kebutuhan luar angkasa, namun kini telah merambah kehidupan sehari-haridari kasur, bantal, hingga alat medis.
22 Sept 2025
Tidur di Lantai, Cara Kuno yang Kian Populer Lagi
Di berbagai budaya di dunia, terutama di Asia, tidur di lantai bukanlah hal yang aneh dan bahkan baik untuk kesehatan
20 Sept 2025
icon-whatsapp
Merdeka Furniture
Typically replies in a few hours
Bagaimana saya bisa membantu Anda?
Start Chat
Compare product
0/4
Remove all
Compare